Kunjungan B.J. Habibie ke gedung Wisma Nusantara dalam acara EXPO ICMI Kairo pada 2011 yang lalu. (Sumber: Dok. ICMI Kairo) |
Informatikamesir.com, Kairo – Gedung Wisma Nusantara punya siapa? Sebuah pertanyaan yang sempat terbesit dalam relung pikiran para Masisir.
Melihat dari kaca mata Masisir pada umumnya, beberapa dari mereka
beranggapan bahwa Wisma Nusantara ini seolah-olah hanya berfungsi sebagai
tempat pendistribusian bantuan sembako dari seorang saudagar dermawan di Mesir,
Muhamed Ragab Ahmed (Baba Ragab).
Namun, apakah penggunaan gedung ini hanya sebatas tempat pendistribusian?
Lalu bagaimana dengan status kepemilikan gedung ini?
Jika kita melihat ke sebuah prasasti di sebelah pintu utama Aula Wisma
Nusanta, terpampang jelas di sana nama yang tentunya tak asing di telinga kita,
Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie.
Dengan tanda tangan nan saktinya sebagai Mentri Negara Riset dan Teknologi
(Menristek) pada tahun 1997 silam, ia mengukuhkan pendirian gedung Wisma
Nusantara yang berlokasi di 8 Wahran St. Rabea Adawea Nasr City, Kairo ini.
Gedung Wisma Nusantara tampak dari depan. (Sumber. Dok. Wisma Nusantara) |
Dengan latar belakang Habibie yang kala itu juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), lantas untuk siapa sebenarnya gedung indah nan megah tersebut dianugerahkan? Apa sebenarnya latar belakang dari pengadaan gedung Wisma Nusantara ini? Apa sebenarnya amanah besar yang terukir dalam pendirian gedung berlantai lima itu?
Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, kami sebagai kru buletin Informatika
menelisik sejarah silam dari pendirian Wisma Nusantara ini. Dimulai dengan
membersihkan tumpukan debu tebal yang menenggelamkan catatan-catatan kuno yang
telah ditinggalkan oleh para pengukir sejarah terdahulu.
Beruntung, berkat ukiran pena para jurnalis Informatika periode 1997-1998,
kita dapat kembali menelaah secara gamblang segala tabir yang melingkupi
pendirian gedung Wisma Nusantara ini. Dalam literatur itu, terpapar jelas maksud dan tujuan
pendirian gedung tersebut dengan segala data dan informasi yang akurat dan
lugas.
Dihimpun dari Buletin Informatika edisi 19 (15-31 Maret 1998), salah satu
rubrik dalam buletin bertebal 12 halaman ini mencantumkan sebuah wawancara
eksklusif kepada salah seorang ketua ICMI Kairo periode
1997-1999, Nur Kholis Mukti.
Prasasti peresmian gedung Wisma Nusantara yang ditandatangani langsung oleh Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie pada (29/1/1997). (Sumber: Dok. Informatika/Taufiq) |
Ia juga dikenal sebagai salah seorang yang terlibat langsung dalam pendirian ICMI cabang Kairo pada tanggal 14 Januari 1992 yang lalu.
Berikut adalah penggalan hasil wawancara reporter Informatika; Zaimatus
Sa’diyah dan Noor Fuadhy AF kepada Nur Kholis Mukti di kediamannya.
ZS & NF: “Apakah selama ini sumber dana ICMI (Kairo) berasal dari
pusat? Atau ada donatur lain yang membantu merealisasikannya?”
NK: “Tentunya kita dapat dari pusat 90%, cuma dana itu sudah dialokasikan
dalam bentuk kegiatan, yaitu memberi fasilitas belajar mahasiswa (santunan)
yang tentunya diperuntukkan bagi orang-orang yang lulus screening (penyaringan).
Dana lainnya adalah dalam bentuk ‘Wisma Nusantara’ dan berbentuk pengiriman
tenaga-tenaga pelatihan. Ini hanya pada periode pertama dan kedua, karena
periode ketiga kondisinya belum memungkinkan. Dana lainnya adalah yang
diberikan oleh para penerima santunan ICMI dan dari proposal kegiatan.”
Di situ, Nur Kholis Mukti menjelaskan bahwa Wisma Nusantara ini adalah
bantuan sosial yang dihibahkan kepada ICMI Kairo untuk kemudian dikelola dan
dimanfaatkan untuk para anggotanya.
Di kesempatan lain, Arsyat Hidayat sebagai salah seorang aktivis mahasiswa
sekaligus Pimpinan Redaksi Jurnal Nuansa yang masih eksis di tahun 1998 silam,
sempat ditanyakan pendapatnya oleh para reporter Informatika perihal
tanggapannya terkait fungsi keberadaan Wisma Nusantara di tengah-tengah
dinamika Masisir.
Draf edisi pertama buletin Informatika yang dirilis pada bulan Oktober 1993 silam. (Sumber: Dok. Informatika/Taufiq) |
Kebetulan, ia juga salah seorang mahasiswa yang langsung berada di tempat kejadian perkara (TKP) saat gedung mewah tersebut diresmikan pada 1997.
Kartika Sari FM dan Ai Fatimah Nur Fuadhy yang kala itu aktif sebagai
reporter Informatika, telah menuliskan hasil wawancara mereka pada buletin
Informatika edisi 21 (1-15 Juli 1998). Berikut penggalan tulisan mereka:
KS & AF: “Bagaimana tanggapan anda terhadap keberadaan Wisma
Nusantara?”
AH: "Sebenarnya pendirian wisma itu sendiri merupakan sebuah realisasi massa, terutama para mahasiswa yang ada di Kairo. Bagaimana mereka ingin mendirikan sebuah
bangunan di mana bangunan itu bisa dinikmati oleh semua, tidak hanya oleh satu
pihak atau beberapa pihak tertentu."
"Bisa kita lihat, bahwa saat itu kita sering mengadakan
kegiatan-kegiatan besar yang diadakan di tempat-tempat tertentu seperti Shalah
Kamil dll. Dan model-model seperti ini tampaknya melibatkan dana yang besar.
Setelah dipikir-pikir, daripada mengeluarkan dana besar untuk membayar gedung,
lebih baik kan bikin sebuah bangunan seperti wisma sekarang ini. Di gedung ini,
silahkan siapa saja pakai, bisa dari ICMI, PPMI, Kekeluargaan atau
kelompok-kelompok studi lainnya.”
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, terlihat secara jelas bagaimana
kedudukan dan status kepemilikan dari gedung Wisma Nusantara yang ini. Perspektif dari dua orang yang berbeda latar belakang tersebut menjadi
perwakilan dari aspirasi Mahasiswa Kairo (Masico) 22 tahun silam.
Satu lagi pertanyaan yang mungkin saja masih tertimbun dalam jiwa dan
pikiran ini adalah, Apakah Wisma Nusantara yang kita lihat saat ini sudah
difungsikan sebagaimana mestinya, berdasarkan latar belakang pendiriannya, serta
sesuai dengan amanah besar yang diukir oleh para pendirinya?
Reporter: Muhammad Nur Taufiq
al-Hakim
Editor: Mufida Afiya, Albi
Tisnadi
No comments:
Post a Comment