Ilustrasi. (Sumber: liputan6.com) |
Informatikamesir.com, Kairo – “Kendalanya tuh sebenarnya lebih disebabkan
sama keimigrasian Mesir, merekanya yang lambat kerjanya gitu,” ungkap Hani
Fathiya Rizqi selaku salah satu staf kepengurusan Izin Tinggal Kolektif (Intif).
Hal tersebut ia sampaikan ketika diwawancarai
oleh salah satu kru Informatika pada Senin (14/10) terkait lamanya kepengurusan izin
tinggal Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir.
Hani Fathiya juga
menjelaskan bahwa WNI hanya mendapat giliran (pengurusan
berkas) satu kali dalam seminggu di kantor Jawazat Mesir. Padahal,
berkas izin tinggal para WNI yang
masuk ke pihak Intif itu terbilang sangat banyak bahkan
ratusan di setiap minggunya.
Di samping karena memang operasional
Keimigrasian Mesir yang dinilai lambat, biasanya juga terjadi pengembalian
berkas yang disebabkan karena habisnya masa berlaku tasdiq, taqdim, atau bahkan
ifadah bagi anak-anak DL (Dauroh Lughoh), sehingga mengharuskan
mereka yang berkasnya bermasalah untuk segera mengurus berkas baru lagi.
“Kayak gitu kan bukan kita yang salah,
bukan kita yang mau untuk memperlama pengurusan ini, ngga. Tapi emang dari
keimigrasian Mesirnya sendiri yang bekerjanya tuh terlihat terlalu lambat,” ungkap Hani Fathiya.
Berdasarkan data yang didapatkan dari
staf Intif, anggota tim ini hanya berjumlah 9 orang yang
mana terdiri dari tiga orang di Bagian
Penerimaan Berkas, dua orang di Datebase, dua orang di Pengambilan
Tasdiq, 2 orang mandub di Jawazat dan satu
orang lagi sebagai Bendahara.
Hani Fathiya Rizqi juga memaparkan
tentang perubahan mekanisme dalam pengambilan ifadah pelajar DL yang harus diambil secara
kolektif juga oleh pihak Intif. Terkait hal ini, pihak idaroh DL sendirilah
yang menginginkan perurabahan tersebut.
Mereka tidak ingin lagi ada pelajar
DL yang datang setiap hari ke pihak idaroh hanya
untuk menanyakan ifadah-nya.
Adapun waktu pengambilannya, harus menunggu telepon dari pihak
idaroh DL, tidak bisa serta-merta datang begitu
saja. Begitu pula dengan tadarruj dirosi
yang membutuhkan format baru. Tim Intif sudah beberapa kali mengkonfirmasi
pihak idarah DL terkait
hal tersebut, tapi sampai sekarang, pihak idarah belum memberi kabar terbaru terkait
format baru itu.
Hani Fathiya pun berpesan bahwasanya
Intif yang sebelumnya bernama Viktif, dibentuk berdasarkan asas “Dari
mahasiswa, oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa”. Maka, dapat dipahami
bahwa anggota Intif itu terdiri dari mahasiswa yang punya kewajiban belajar
serta kesibukan yang sama dengan mahasiswa lain pada umumnya.
“Alangkah baiknya, bijaksananya, kalau
kita sama-sama saling membantu, saling memahami gitu. Kalaupun memang ada hal yang
harus ditegur kepada pihak Intif, yah bisa disampaikan dengan baik melalui
narahubung yang ada di facebook Intif,”
pesan Hani sebagai perwakilan Tim Intif.
Reporter: Defri Cahyo Husein
Editor: Muh. Nur Taufiq al-Hakim
No comments:
Post a Comment