Suasana diskusi dalam Masisir Leaders Club (MLC) perdana yang dilaksanakan pada Ahad (13/10/19). (Sumber: Dok. Informatika/Hastyra) |
Informatikamesir.com, Kairo - Tepatnya pada Ahad (13/10/19), tim formatur Komisi Peduli Interaksi (KPI) resmi disahkan oleh presiden PPMI Mesir dengan persetujuan dari para hadirin yang ikut berdiskusi dalam acara Masisir Leaders Club (MLC) yang berlokasi di aula Limas, Hay Asyir.
Presiden PPMI Mesir 2019/20, Arief Mughni, memaparkan bahwa
susunan pengurus KPI ini tidak bisa disahkan secara langsung pada saat itu juga,
maka dibentukalah tim formatur KPI yang beranggotakan dua orang dari delegasi PPMI Mesir dan tiga orang
dari WIHDAH.
Nantinya, pengurus KPI ini akan terdiri dari perwakilan setiap
kekeluargaan dengan batasan jumlah yang telah tertera dalam undang udang.
“Kami harapkan kepada seluruh gubernur kekeluargaan untuk
bekerja sama dalam hal ini untuk dapat mengutus mungkin sekitar 3-5 orang
utusan sehingga nantinya kita akan menyeleksi, karena ditakutkan KPI itu
sendiri menjadi bumerang, maka kita seleksi sama-sama bersama tim penasehat,”
ujar Arief Mughni kepada para hadirin.
Menurut pemaparan dari Widhy Ridho selaku salah satu tim
formatur KPI, mereka telah melakukan berbagai "Fields Research" (studi lapangan) terkait
kasus penyimpangan interaksi yang terjadi di ranah Masisir pada tahun 2016-2019 dengan metode kualitatif.
Riset kasus ini dilakukan dengan cara mewawancarai langsung
para koresponden yang merupakan MPA dan BPA PPMI, Presiden dan Wakil Presiden
PPMI serta Ketua dan Wakil Ketua WIHDAH di tiga tahun terakhir dengan kategori kasus
yang berbeda-beda.
Adapun latar belakang dalam merevitalisasi KPI ini di antaranya
adalah karena bertambahnya kembali kuantitas masyarakat terpelajar Indonesia dari
tahun ke tahun yang menyebabkan pergantian generasi para pelajar di Mesir ini
sehingga pergeseran nilai sosial dalam berinteraksi pun seolah tidak dapat
dihindarkan.
Oleh karenanya KPI berupaya untuk berperan sebagai lembaga
pembinaan bagi para Masisir untuk masalah interaksi lawan jenis serta pengondisian
sosio-kultural yang seharusnya menjadi perhatian dan kewajiban bagi semua elemen
Masisir.
Adapun tujuan pembentukan KPI ini adalah terciptanya pola interaksi
yang sehat dan dinamis yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam dengan landasan
ideologis dan konstitusional.
“KPI memang bukan badan yang langsung terjun ke lapangan,
menasehati atau menegur. Di sini tertulis di undang-undang KPI, ini adalah
sebagai sebagai badan penyalur yang
nanti secara mekanismenya itu dilakukan secara kekeluargaan, di KPI kami tidak
akan lepas diri dari pembinaan senior untuk menuntaskan berbagai masalah yang ada,” jelas Widhy Ridho.
Tim formatur KPI juga telah mempelajari metode penelitian “slovin formula” untuk perbaikan administrasi dan data statistic. Jika lembaga KPI beserta susunan pengurusnya telah diresmikan,
KPI siap menjadi lembaga pertama yang akan memulai perbaikan administrasi data
statistik di ranah Masisir.
Mereka pun sudah mempelajari modul yang diterbitkan pada
tahun 2007 terkait pola interaksi Masisir dan sudah menghubungi Presiden PPMI di
tahun tersebut yang mana pada masa itu, diresmikanlah Tim Pemerhati Interaksi Masisir (TPIM) atau yang kini kita
sebut sebagai KPI.
Meskipun baru, tim formatur KPI ini telah memiliki banyak
sekali agenda dan data yang didapatkan dengan tiga mekanisme utama; penyuluhan, pengolahan informasi dan
pembinaan dari senior.
Reporter: Hastyra Kusuma Pratiwi
Editor: Muh. Nur Taufiq al-Hakim
No comments:
Post a Comment