Suasana launching buku terjemahan karya Ahmad Amin berjudul "Untuk Anakku" yang diprakarsai oleh Forum Terjemah (Forter) IKPM Kairo. (Sumber: Dok. Informatika/Fandi) |
Informatikamesir.com,
Kairo - MS. Yusuf al-Amien, Lc. menilai status
alumni Al-Azhar tidak menentukan
seseorang itu pandai berbahasa Arab. Meskipun bahasa pengantar kuliah di Al-Azhar
ini menggunakan Bahasa Arab, tapi untuk kemamapuan terjemah dari Bahaasa Arab
ke Bahasa Indonesia, tidak semuanya mampu
melakukannya.
“Sudah layaknya sebagai
seorang Azhari yang notabene pelajar di negara
Arab mampu menerjemahkan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia,” imbuh Yusuf.
Hal tersebut ia tuturkan
pada acara Seminar Terjemah sekaligus launching buku terjemahan karya
Ahmad Amin yang berjudul “Untuk Anakku” yang dilaksanakan pada Sabtu (26/10/2019)
dan bertempat di Aula Keluarga Mahasiswa Nusa Tenggara Barat (KMNTB).
Suasana penyampaian materi terjemah oleh MS. Yusuf al-Amien, Lc. di Aula KMNTB, Hay Asyir, Kairo. (Sumber: Dok. Informatika/ Fandi) |
Proses penerjamahan buku berjudul
“ Untuk Anakku” tersebut dimotori oleh Forum Terjemah (Forter) yang bernaung di
bawah Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Kairo.
Dalam acara yang dihadiri
oleh setidaknya 100 orang ini, Yusuf al-Amien mengarahkan pemikiran para
audiensi akan pentingnya skill terjemah. Bahkan, ia juga menuturkan
bahwa sebenanrnya proses terjemah
sendiri telah ada sejak zaman Rasulullah Saw.
Hal tersebut nampak dalam
diplomasi Rasulullah Saw. tatkala ingin mengirimkan surat untuk para penguasa, pesan
yang disampaikan melalui lisan Rasulullah Saw. yang berbahasa Arab kemudian di
tuliskan dalam bahasa wilayah yang dituju oleh sahabat yang menjadi utusan.
Para utusan itu dituntut
untuk menjadi penyambung lidah dari sumber informasi ke pihak yang dituju agar
mampu dipahami maksudnya.
“Terjemah adalah jembatan
yang menghubungkan bahasa sumber dan bahasa sasaran,” jelas Yusuf al-Amien
selaku pemateri yang juga berprofesi sebagai penerjemah resmi Al-Azhar.
Sesi foto bersama para peserta usai pelaksanaan acara Seminar Terjemah yang dilaksanakan pada Sabtu, (26/10/19). (Sumber: Dok. Informatika/Fandi) |
Di sesi akhir acara, Bana
Fatahillah selaku salah satu founder Forter IKPM memaparkan sedikit
tentang isi buku karya terjemahan “Untuk Anakku”.
Buku karangan yang dirilis pada tahun 1950 ini
awalnya adalah serangkaian esai yang dikumpulkan majalah Hilal Mesir sejak
tahun 1949. Di dalamnya menjelaskan akan pentingnya pendidikan yang
implementasinya dapat diterapkan dengan cara yang beragam, salah satunya adalah
dengan untaian nasehat dan arahan.
Keduanya dapat terjalin
melalui komunikasi yang baik dan sehat antar dua orang atau lebih sebagai suatu
interaksi sosial dalam masyarakat.
Atas dasar itu, buku ini
berisi tentang nasehat seorang ayah pada anaknya perihal urgensi pendidikan di
bagi generasi muda. Nasehat-nasehat ini pun dapat menjadi acuan untuk para
pendidik dalam menghadapi arus globalisasi yang begitu masif dewasa ini.
Ahmad Amin sendiri sejatinya
memiliki anak yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri saat ia sedang
menuliskan karyanya tersebut. Ia pun memanfaatkan posisinya untuk menuangkan
ide-idenya dalam sebuah karya.
Reporter: Fandi Pradana
Editor: Muhammad Nur Taufiq al-Hakim
No comments:
Post a Comment