Anregurutta KH.Abdurrahman Ambo Dalle. (Sumber: makassar-tribunnews.com) |
Informatikamesir.com, Kairo – Perkembangan pesat penyebaran agama Islam di Indonesia tidak lepas dari peranan dan sepak terjang salah satu ulama besar nusantara yang bernama anregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle atau yang akrab disapa dengan Gurutta Ambo Dalle.
Amin Samad selaku salah seorang murid dari sang maha guru, menjelaskan bahwa Gurutta Ambo Dalle merupakan simbol “Anak Lima Masa”.
Sebagaimana sebutannya, ia telah mengarungi kehidupan di lima masa yang berbeda; mulai masa feodalisme, masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, masa hidup di hutan, hingga masa kemerdekaan Indonesia.
Dengan kecerdasan intelektual dan sosial yang dimilikinya,
ia dinilai berhasil dalam mencerdaskan murid-muridnya dan masyarakat luas pada
umumnya, melalui jalur pendidikan dan dakwah.
Desa Ujunge,
Kecamatan Tanasitolo, Sulawesi Selatan menjadi saksi bisu lahirnya seorang
laki-laki dari kedua pasangan berdarah bangsawan Bugis, ialah KH. Abdurrahman
Ambo Dalle.
Tidak bisa dipastikan tanggal kelahiran sang maha guru ini, namun berdasarkan data yang dihimpun dari Tribun Timur.com, ia lahir pada tahun 1900 M.
Daeng
Patobo, sang ayah, memberi nama “Ambo Dalle”, secara bahasa Ambo artinya bapak,
sedangkan Dalle artinya rezeki, dengan harapan putra semata
wayangnya itu kelak akan membawa perubahan nasib, bukan hanya bagi keluarganya,
melainkan juga bagi masyarakatnya.
Ia sudah sangat kenyang dengan garam kehidupan. Sempat
hidup di dalam hutan selama delapan tahun, ia bahkan pernah diculik oleh
gerombolan pasukan yang mana pada saat itu ingin mendirikan Darul Islam.
Meskipun dengan keterbatasan sarana yang ada, selama
delapan tahun ia hidup di hutan, ia telah melahirkan banyak kyai pada masanya.
Selain itu, ia pun tergolong sebagai ulama yang
produktif dalam dunia kepenulisan.
Semasa hidupnya, ia mampu menghasilkan karya-karya tulis yang sangat monumental. Ia juga sukses dalam menjalankan misi dakwah dan keilmuan di tanah Bugis tepatnya di Pulau Sulawesi.
Semasa hidupnya, ia mampu menghasilkan karya-karya tulis yang sangat monumental. Ia juga sukses dalam menjalankan misi dakwah dan keilmuan di tanah Bugis tepatnya di Pulau Sulawesi.
Bukan hanya dalam kepenulisan saja, ia juga merupakan
seniman dan musisi yang handal. Beberapa karyanya dalam bidang kesenian antara
lain; lagu Sempajangnge dan Qad Ikhtarallahu.
Ia bahkan mengubah
lagu kebangsaan “Indonesia Raya” ke dalam bahasa Bugis dan dilantunkan
dengan nada lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo” meskipun hal tersebut
telah dilarang keras oleh para tentara Jepang yang menduduki Indonesia kala
itu.
Selain menciptakan lagu, ia juga mempakarsai dua
lembaga pendidikan Islam tertua di Sulawesi.
Dua lembaga ini merupakan warisan jasa keilmuannya yang dikenal hingga sekarang, yaitu “Darud Dakwah wal-Irsyad” dan “As’adiyah Sengkang”.
Semua penjelasan ini disampaikan dalam acara Haul KH. Abdurrahman Ambo Dalle yang dilaksanakan oleh Ikatan Alumni Darud Dakwah wal-Irsyad (IADI) Mesir pada Sabtu, (2/11/19) di Masjid Anshar Thantawi, HayMesir', Kairo.
Dua lembaga ini merupakan warisan jasa keilmuannya yang dikenal hingga sekarang, yaitu “Darud Dakwah wal-Irsyad” dan “As’adiyah Sengkang”.
Semua penjelasan ini disampaikan dalam acara Haul KH. Abdurrahman Ambo Dalle yang dilaksanakan oleh Ikatan Alumni Darud Dakwah wal-Irsyad (IADI) Mesir pada Sabtu, (2/11/19) di Masjid Anshar Thantawi, HayMesir', Kairo.
Reporter:
Muhammad Ash Shabur
Editor:
Muhammad Nur Taufiq al-Hakim
No comments:
Post a Comment